Macam-macam metode komunikasi dalam sejarah public


 Macam-macam metode komunikasi dalam sejarah public.

1. Pameran

            Pameran mempertunjukan material kebudaaan yang autentik kepada public dalam upaya mengkomunikasikan pengetahuan masa lampau, ini merupakan inti dari aktivitas sejarah public untuk museum dan arsip, pameran terbagi dalam beberapa klasifikasi, merentang dari permanen, temporer, atau berkeliling, terkadang digambarkan sebagai pameran raksasa “blockbuster”. Seperti pameran tentang tuthankhamun dari british museum pameran dapat menyajikan objek dari masa lampau secara nyata, ini merupakan motivasi utama untuk menarik pengunjung.
            Membuat pameran public membutuhkan keseimbangan dalam menayangkan benda yang asli dan mengkomunikasikan kisah dalam konteks kesejarahan yang luas hal ini membutuhkan pertimbangan public yang luas dalam rangka memahami bagaimana mempresentasikan sejarah ke beragam khalayak ramai.
            Membuat pameran membutuhkan kerjasama dengan pihak eksternal dan instansi lainnya baik nasional maupun internasional, seorang curator mengatur pergerakan barang yang dipinjamkan sementara dari koleksi lain di seluruh dunia. Dan bekerja dengan para staf museum lain untuk menciptakan narasi tentang benda benda tersebut. Dengan demikian seringkali objek yang sangat berharga yang terbuat dari logam mulia seperti emas dan perakatau benda yang berada dalam perawatan konservasi memungkinkan dibawa untuk kepentingan pameran. Namun benda seperti tembikar, peralatan kayu dan dokumen seringkali tidak bissa diangkut karena kerapuhannya, memindahkan onjek keliling dunia membutuhkan kemampuan untuk mengatur logistic dan kerja dengan pegawai di luar negeri untuk merundinkan peminjaman benda-benda.

2. Jenis- jenis pameran

a). Pameran permanen
            pameran permanen adalah inti bagi museum, bertempat di tengah-tengah museum, iasanya dapat ditemukan didalam gedung museum dan berisi material awal permulaan museum. Pameran permanen ini mencerminkan kebijakan koleksi museum dan bagian daari narasi utamanya. Pameran permanen ini mendapatkan porsi besar dari pendanaan untuk museum dan merupakan prioritas untuk pembelajaran. Dengan semikian, menjadi subjek pemenahan dan interpretasi ulang dengan harapan memulihkan kembali minat pengunjung museum dan meningkatkan jejak langkah pengunjung, pameran permanen ini seringkali memiliki curator yang mengawasi koleksi museum dan perawatannya srta mengatur peminjaman material museum.
b). Pameran Temporer
            Pameran temporer (sementara) dibuat ditempat tertentu dalam waktu tertentu pula, ada yang jangka pendek (1 minggu sampai 6 bulan) atau jangka panjang (6bulan sampai 1 tahun). Alhasil, investasi finansial dan material yang digunakan seringkali terbatas. Pameran semacam ini terkadang dibuat untuk disesuaikan dengan tempat tertentu di dalam museum, seperti di gang atau pintu museum atau dijadikan alat untuk mengkomunikasikan satu topic kerja museum pada public luas. Pameran ini dapat juga ditempatkan diluar museum, pameran jenis ini biasanya memiliki material yang ringan dan mudah dipindahkan, biasanya berupa, display pop up, atau kanvas dan memiliki bahan yang terbatas untuk dipamerkan. Biasanya juga menggunakan audio visual. Pameran temporer ini juga biasanya dilakukan saat adanya renovasi gedung museum.
c). Pameran Keliling
            Pameran ini berpusat pada objek dan dokumen diluar koleksi yang disimpan museum, benda benda yang dipamerkan berasal dari museum lain dan koleksi pribadi. Pameran ini memberikan akses terbatas bagi pengunjung atas benda langka dan tidak biasa hal ini memberikan daya tarik baru untuk pengunjung yang akan datang dan berlaku pula sebagai alat pemasaran museum penyelenggara seperti pameran tuthankamun. Pameran semacam ini memiliki waktu yang terbatas dan bergantung pada panel pameran yang bisa dipindahkan, kemasan pameran bersifat temporer daripada peralatan permanen yang mahal. Pameran keliling yang lebih besar seringkali memiliki staf dan investasi finansial yang besar sehingga pameran tersebut membebankan ongkos masuk tambahan, pelayanan ini bukan hanya untuk menarik pengunjung yang lebih banyak tapi juga memasarkan kerja inovatif museum.

3. Display Pameran dan Katalog.

            Display pameran seringkali berisi benda-benda didalam kotak kaca. Hal ini pernah dinyatakan sebagai bentuk utama komunikasi sejarah di dalam museum dan arsip. Benda-benda bersejarah ditempatkan disini untuk menciptakan satu pembatas kesadaran dan bawah sadar antara penonton dan objek, dan penonton dan kurator. Museum merangkai objek dengan menciptakan hubungan abstrak, seperti klasifikai objek, contohnya tipologi bros Anglo-Saxon. Hubungan masa kini dikenal sebagai “ object hood,” dan sering kali menghubungkan tipe objek dengan periode waktu untuk memberikan apa yang dirasakan sebagai “ klasifikasi stabil.” Objek dan pengaturannya dalam ruang pameran menciptakan ilusi sejarah yang khas dan stabil , seperti “ Prasejarah,“ namun dalam kenyataannya merupakan konsep yang abstrak, yang bisa berubah, bergantung situasi, dan sangat kompleks.
            Display pameran memasukan deskripsi tekstual singkat atas benda bersejarah, termasuk benda apakah itu ( jenis ), masanya ( periode temporal ), dan tempat ditemukan ( konteksnya ). Deskripsi ini memberikan publik informasi tambahan dan cakupan interpretasi. Benda bersejarah dapat disusun secara temporer, tipologis, kontekstual, atau tematis.
a). Temporer : Objek dipamerkan berdasarkan urutan kronologis, dan perkembangan objek dalam rentang waktu. Lemari bahan-bahan bergerak secara berurutan melalui waktu dan mempertontonkan serangkaian objek berdasarkan kriteria temporer ini. Format temporal tradisional untuk mempertunjukan benda-benda didalam pameran dapat disimak dalam lorong permanen di museum Victoria, seperti British Museum dan New York Metropolitan Museum.
b). Tipologikal : Benda- benda dipajang berdasarkan fungsinya, yang dikumpulkan sesuai dengan jenisnya. Jenis susunannya dapat bebas dari konteks sejarah, dengan artefak dipajang sebagai sains dan seni. Pajangan ini sering kali diberi teks yang menjelaskan sifat dan fungsi benda tertentu daripada informasi tulis disetiap benda, contohnya, lemari yang hanya menyimpan kepala kapak. Ini memberikan gambaran sifat dan gaya serta identifikasi alat bantu. Kadang hal ini dihubungkan dengan kronologi suatu benda dengan menyoroti perubahan sifat dan gayanya sepanjang sejarah, contohnya, Museum Denmark memamerkan satu jenis tipe objek temporer dalam satu kotak pameran, kotak pameran ini memajang lebih dari 50 kepala kapak dari Zaman Perunggu Denmark.
c). Kontekstual : Pameran kontekstual melibatkan penyusunan material berdasarkan lokasi penemuan. Objek diseleksi berdasarkan faktor kesamaan lokasi daripada dari jenis atau kronologinya. Hal ini memerlukan rancangan penyusunan dalam kotak khusus, berdasarkan jenis benda. Pameran kontekstual seperti koleksi Bavarian State Archeological Collection di Munich, dengan benda yang dipamerkan berdasarkan dimana ditemukannya. Ini memberikan prespektif kontekstual atas benda bagi pengunjung. Jenis pameran seperti ini biasanya digunakan dipusat pengunjung di tempat bersejarah termasuk Eltham Palace, London.
d). Tematis : Pameran  tematis berdasarkan konsep dan ide yang berlawanan dengan periode waktu dan jenis penyusunannya. Sebagai contoh, di Museum Nasional Skotlandia di Endinbrug, objek didalam galeri arkeologinya dipajang berdasarkan tema seperti pertanian dan pengolahan makanan. Sosialisasi kembali dan pemindahan benda-benda melibatkan perombakan penyusunan yang kompleks dan

4. Alat Bantu Audio Visual

Perkembangan teknologi terkini dalam metode yang digunakan kurator untuk mengkomunikasikan sejarah kepada publik telah melibatkan penggunaan multimedia dan tekhnologi audiovisual dalam ruang pameran. Ini telah mengubah bentuk sejarah dari proses yang pasif menjadi aktifitas publik yang aktif.

5. Klip Audio

Klip audio dapat digunakan dalam titik tertentu dalam pameran atau diputarsebagai  suara latar. Alat bantu audio ini dibuat dengan mengumpulkan narasi audio yang direkam yang memberikan informasi tambahan tentang pajangan atau objek tertentu. Yang dapat diakses oleh pengunjung sambil menyaksikan pameran, baik melalui alat penerima, menekan tombol atau mengakses narasi melalui teknologi nirkabel, seperti telepon pintar. Metode penyampaian ini diselaraskan dengan pajangan tertentu atau objek tertentu. Cara seperti ini menghilangkan teks yang berat dan memungkinkan pengunjung untuk fokus pada benda yang dipajang. Tidak seperti pemandu wisata, narasi ini dapat diakses kapan saja sesuka hati pengunjung. Untuk museum, tambahan baru peralatan audio personal ini relatif menghemat biaya dibandingkan dengan instalasi statis audio sebelumnya. Jelajah audio telah digunakan secara luas dimuseum terbuka dan pusat warisan budaya karena mengurangi kebutuhan panel interpretasi dan bahan yang mengganggu. Penggabungan kesaksian sejarah lisan yang “nyata” kedalam pameran telah semakin lazim. Ini bertujuan untuk memberikan pandangan”sosial” historis masa lampau dan memberikan narasi beragam untuk terhubung dengan sejarah.
Museum menggunakan musik dan potongan suara untuk menciptakan suasana diruang statis. Pameran Bog Bodies oleh museum nasional denmark menggunakan potongan suara untuk menciptakan suasana yang tegang dan dinamis. Medium dengan sensor ini dapat mengkontekstualisi pameran, dengan suara latar, seperti angin dan gelombang yang membantu pengunjung menjelajahi konteks dan jangka waktu dimana objek tersebut ditemukan. Sebagai contoh, Jorvik Viking Centre di York (Inggris), membantu mengkreasi ulang suasana jalan melalui penggunaan potongan suara jalanan yang diasosiasikan dengan sejarah, seperti suara binatang dan rekontruksi potongan suara dari penduduk desa Viking. Dikombinasikan dengan bau-bauan yang diasosiasikan dengan bau kotoran kuda dan makanan busuk kedalam area rekontruksi.
Pendekatan ini membutuhkan keseimbangan yang terukur antara suara dan volumenya, jika terlalu tinggi dapat mengganggu pengunjung dari bukti”faktual” dalam pameran. Penting dicatat bahwa ini juga bisa menjadi masalah untuk pengunjung dengan masalah pengendaran dan yang menggunakanalat bantu dengar. Teknik multisensor ini dikritik telah memberikan realitas yang keliru kepada publik pada masa kini dan dituduh menciptakan pengunjung yang gagal untuk benar benar terikat, yang “ melihat tapi tidak menyaksikan” dan gagal untuk membayangkan atau terlibat secara kritis. 

6. Alat Bantu Visual

            Rekontruksi, pemeragaan kembali, dan replika berupanya untuk mengkomunikasikan sejarah secara visual kepada publik. Cara ini kerap sekali di pakai warisan budaya dan museum terbuka (study kasus 4) dan bertujuan untuk mendukung publik dalam memvisualisasikan dan mengalami satu versi masalampau. Mereka menciptakan perasaan “menjelajahi waktu” bagi pengunjung, menjajaki batasan yang tidak pasti antara pendidikan dan hiburan. Dengan demikian, berisiko menjadikannya taman hiburan yang menjadikan sejarah sensasional dan menyederhanakan daripada memberikan rekontruksi sejarah yang autentik. Organisasi pemerintah, seperti US forest service, memiliki hubungan yang canggung perkara ulang (re-enactors) dan sampai ini melarang aktivitas ini di seluruh situs mereka pelarangan ini disebabkan autentisitas sejarah dan vilditas pereka ulang dan upaya untuk menjaga dan mengawasi standard profesional dan representasi kebenaran masalampau. Meskipun, re-enactros, sejarawan dan pendongeng semakin banyak di pekerjakan di museum dan tempat menarik sejarah untuk mendukung pembelajaran, termasuk di situs milik pemerintah, sebagai contok kesemuanya dimiliki oleh Engglish Heritage, seperti pertempuran Hastinges, Living Historian ini sering bekerja sama dengan sejarahwan publik, menggunakan bukti sejarah untuk mengembangkan kisah yang akurat akan masalampau, yang menghibur dan dan edukatif.
            Reflika adalah tiruan dari artefak asli, seringkali di gunakan pemeran museum. Alasan utamanya biasanya karena masalah konservasi, benda asliny terlalu ringgih untuk di pamerkan ke publik. Kebanyakan benda yang di pamerkan dari Staffordshire Hoard, yang di pajang di Brimimgham Museum and Art Gallery, di Inggris, masuk dalam kategori ini dan sebagian di gantikan oleh replika. Replika memungkinkan suatu benda di pammerkan di banyak tempat sekaligus, suatu cara ysng tepat untuk objek yang membawa ciri nasional yang signifikan. Swbagai contoh, gudang penyimpanan Sutton Hoo Anglo-saxon, koleksi benda-benda yang di temukan selama penggalian arkeologi abad ke-6-7 dari situs makam Anglo-saxon dan kuburan kapal di suffoik, di Inggris, koleksinya meliputi emas dan batu berharga, seperti helem upacara dan ikat pinggang besar, yanb replikanya secara bersamaan di pamerkan di museum Ipswich, Sutton Hoo dan British Museum.
            Pruduksi reflika yang “autentik” dan rekontruksi memakan waktu dan mahal, serta berpotensi mengecoh publik untuk percaya yang palsu adalah asli. Penting di perhatikan saat menggunakan replika, untuk menyiapkan label yang sesuai dengan deskripsi yang jelas tentang autensititas dan asal dari objek agar tidak mengecoh pengunjung.
            Riset ke dalam pengajaran dan pembelajaran, riset “pedagodik” mengindikasikan bahwa alat bantuvisual dan audio mendukung pembelajaran yang memungkinkan pelibatan secara aktif dengan sejarah. Ini membantu publik memperoleh pengetahuan baru dan pengembangan keterampilan yang dapat di tularkan, seperti kepercayaan diri dan komunikasi. Sejarahwan publik telah di kritik atas ketergantungannya dengan alat peraga, di tuduh mendukung komodifikasi dan disneyfikasi masa lampau. Sudah di sarankan bahwa terlalu bergantung dengan alat peraga tidak akan memberi tantangan atau merangsang pengunjung, kegagalan untuk memberu pujian pada kemempuan mereka untuk berfikir dan membentuk interpretasi dan kenangan mereka sendiri. teknologi audiovisual juga di keritik karena terlalu memprioritaskan hiburan dariada edukasi, dan gagal untuk menjadi autentikdan menyajikan fakta yang akurat. Ini adalah sebagian dari sudut pandang ‘anti-warisan budaya” yang lebih luas memperdebatkan sejarah publik melemahkan autensititas sejarah dan menjadikan sejarah terbuka untuk menjadi bias dan penggunaan yang salah dan tidakdapat di kontrol. Eksistensi gerakan perlawanan ini memnunjukan konfleksitas dalam mengelola dan mempresentasikan masalampau dan menunjukan bagaimana sejarahwan publik modern harus menyeimbangkan antar penggunaan teknis modern melawan pencantuman bukti faktual.

7. teknologi interaktif

Museum berada di garis depan dalam mengadaptasi teknologi untuk secara aktif melibatkan pengunjung dengan sejarah, seperti teknologi visual dan layar sentuh. Termasuk penggunaan iPad secara permanen di galeri - galeri, seperti Grant Museum of Zoology, London, dan di pameran mporer " Harta karun " di Museum sejarah Alam (Natural story Museum), London. Teknologi layar sentuh interaktif ini telah menggantikan banyak layar interaktif permanen dan komputer meja. Panel - panel interaktif yang dapat di pindahkan ini berbiaya rendah dan memiliki keuntungan mudah diganti dan digunakan kembali.
Media sosial memberikan pada pengunjung pelayanan sesuai permintaan (on-demand dervice), mendorong interaksi personal dengan pameran dan memungkinkan akses ke informasi kesejarahan tambahan bisa saja berupa tautan lanjutan (hyperlink) yang menghubungkan dengan situs web dan situs media sosial seperti Twitter, facebook, dan instagram. Memberikan satu fasilitas kepada publik untuk mengembangkan forum online instan,percakapan, dan blog dengan sejarawan publik dan terkibat dalam wacana sejarah yang lebih luas.sebagai contoh, Grant Museum Zoology, di London, menggunakan iPad yang diletakkan di titik tertentu di dalam galeri untuk mendorong publik bertanya kepada kurator berkenaan dengan benda yang dipamerkan,dengan menggunakan forum diskusi online.
Program perangkat lunak layar sentuh, seperti telepon dan aplikasi tablet,di gunakan untuk mendukung akses ke material sejarah dalam lingkungan luar sejarah publik.sebagai contoh,  aplikasi "street Museum" dari Museum of London, memungkinkan pengguna,berdasar lokasi keberadaannya, untuk melihat london masa kontemporer di samping pemandangan sejarahnya. Program ini telah di ciptakan menggunakan foto arsip,gambar,dan deskripsi kesejarahan. Teknik lain yang di gunakan Museum dan situs sejarah publik adalah kode Quick Response(QR). Kode ini menyimpan data ukuran besar yang dapat di pindai oleh pengunjung melalui telepon pintar untuk mengakses informasi di atas layar tentang benda atau lokasi yang spesifik bersejarah. Manfaat teknologi ini secara kontekstual mudah beradaptasi dan memberikan pilihan kepada publik antara di mana mengakses informasi dan apa yang mereka inginkan dalam mengakses informasi.
Penggunaan teknologi digital untuk menciptakam material kesejahtraan yang terbuka (open source) telah mengubah sifat interaksi publik dengan sejarah. Digitalidasi bahan dalam bentuk katalog online dan arsipdigital,di kenal sebagai sibermuseologi,memberikan akses pada publik terhadap dumber sejarah resmi dan tidak resmi(Studi kasus 6). Teknologi ini memungkinkan pelibatan publik dengan kreasi koleksi sejarah,memberikan akses kepada interaksi publik dengan sejarah. Penggunaan teknologi auto-CAD dan pemindai laser tuga dimensi (3D) telah menciptakan arsip digital dan museum,memberikan wisata maya mengelilingi gedung-gedung dan objek (bersejarah). Memingkinkan publik untuk melihat sejarah dalam detail yang paling kecildan dari sebagai sudut pandang dari rumahnya yang nyaman. Sebagai contoh, Museum Sejarah Alam,Smithsonian National Museum of Natural History di Washington DC, menawarkan perjalanan maya panoramik ke Museum dan galerinya. Wisata ini memungkinkan pengunjung maya bergerak dari satu ruang ke ruang lain dan menjelajahi koleksi yang ada dari sebuah komputer atau perangkat genggam,pada sebuah lingkungan nonmuseum.
Teknologi memiliki potensi untuk menyatukan koleksi yang beragam dan menyimpan koleksi yang secara teknologi berlebihan. Sebagai contoh, perpustakaan British Library,British Museum,Museum of London, dan Victoria and Albert Museum Imigration Project telah menggunakan teknologi digital untuk menyatukan dan mengomunikasikan sumber dengan berbagai format kepada publik. Teknologi digital menyediakan satu meteode untuk merekam sejarah; sebagai contoh,Srptember 11 Digital Archive Project menggunakan media digital sebagai alat untuk mengumpulkan sejarah lisan dan rekaman fotografi atas serangan teroris pada World Trade Center, di New York ( Studi Kasus 29). Pendekatan ini bukan tidak bermasalah, besarna gumpalan informasi yang tidak fokus yang tidak memiliki tema koheren menjadi sulit untuk diterjemahkan makanya, autentisitasnya, dan sumbernya . Sumber - sumber ini memiliki maslaah keamanan juga dan membutuhkan mediasi serta kontrol yang hati - hati.
Inisiatif,seperti program pembelajaran untuk relawan (Volunetter Learning Program) atau Volinteer Inclision Program (VIP) menunjukan komitmen LAARC terhadap sejarah publik. VIP adalah program berjalan yang di buat untuk mendorong pengunjung yang beragam untuk menggunakan dan mendapat pelatihan perawatan dan manajemen koleksi melalui pelatihan di tempat. Sebagian program ini telah melibatkan inisiatif memamerkan arsip mini untuk mendorong pemanfaatan koleksi yang tersedia oleh Anggota Masyarakat untuk menceritakan sejarah lokal mereka.
Proyek arsip online dan publik ini berupaya mengajak anggota masyarakat menyediakan sumber - sumber dari koleksi pribadi mereka untuk dimanfaatkan sebagai arsip. "Urun sumber" ("crowd-sourced") sejarah ini telah menyediakan perangkat untuk mengumpulkan lebih banyak sejarah di luar penggunaan arsip lazimnya. Masalah kemudian muncul karena ha ini menantang kewenangan koleksi profesional beserta standarnya. Dengan demikian, pengelolaan kualitas data yang disimpan dan katalogisasi materialnya dapat menimbulkan masalah.

6.         Penanganan koleksi    

Penanganan koleksi, digunakan di dalam maupun di luar organisadi sejarah publik, mendukung aktivitas pendidikan. Koleksi - koleksi sumber sejarah tersebut berdasarkan pada periode tertentu dan sering kali di kaitkan ke dalam tema kurilum Nasional.ini dapat dikombinasikan dengan sesi mendongeng, dengan objek yang di gunakan oleh spesialis untuk mengilustrasikan kisah sejarah,mentimulasi imajinasi dan mendorong anak-anak untuk terlibat melalui menggambar, menangani (benda sejrah),dan diskusi.
Meja penanganan objek yang disiapkan di galeri museum,seringkali diselenggarakan oleh kurator atau sukarelawan,yang memungkinkan prngunjung untuk menyentuh dan mengajukan pertanyaan tentang benda bersejarah. Sebagai contoh,di museum sejarah Amerika, smithsonian,galeri the price freedom Gallery di gunakan sebagai meja penanganan objek,di awasi oleh sukarelawan, untuk menunjukan dan mendiskusikan benda spesifik seperti baju dan senjata yang di gunakan selama perang kemerdekaan Amerika. Pengunjung dapat menyentuh dan memeriksa benda - benda lain yang berhubungan dengan masa ini dalam sejarah dan belajar melalui interaksi dengan benda dan bantuan relawan terlatih.
Penanganan koleksi di kembangkan untuk digunakan di luar museum,seperti untuk mendukung pembelajaran di kelas. Cantererbury Archaeological Trust telah mengembangkan penanganan koleksi romawi untuk di gunakan di sekolah sebagai bahan ajar untuk anak-anak tentang sejarah romawi melalui kegiatan meraba penanganan benda-benda bersejarah dan arkeologis. Penanganan koleksi tersebut di kembangkan untuk di gunakan bersamaan dengan aktivitas dan gabungan antara edukasi dan hiburan,seperti menebak satu benda atau membuat kurun waktu satu benda, penggunaan benda asli atau replika memungkinkannya untuk di sentuh oleh publik, memberikam sensasi "nyata" berkenaan dengan ukuran, penggunaan dan fungsi serta mendorong publik untuk menginterpretasikan dan mendiskusikan sejarah.

9 Program penjangkauan

Berkomunikasi dengan publik memerlukan kurator dan arsiparis untuk menyelenggarakab kuliah umum serta mengikutsertakan media yang lebih luas. Komunikasi sejarah ke publik saat ini semakin penting di institusi sejarah publik. Penyelenggaraan acara setelah jam kerja, seperti malam di museum dan malam kumpul - kumpul sosial, telah di gunakan untuk mendorong pemirsa baru untuk terlibat dengan sejarah, terutama usia dewasa muda. Acara kadang di jual dengan tiket atau "khusus anggota" untuk memberikan kesan satu kesempatan unik untuk mendapatkan akses "elite" ke sejarah dan berbicara dengan kurator dalam pertemuan tidak resmi. Acara sosial seperti ini menempatkan sejarah di dalam arena sosial yang dinamis dan bertujuan untuk memecahkan hambatan antara publik dengan profesional.
Museum semakin banyak menyelenggarakan acara sejarah publik yang lebih beragam dan multidisiplin, yang bertujuan untuk mendorong peminat yang lebih luas untuk semakin tertarik dengan masa lampau. Dengan demikian, acara museum berjangkauan luas ini sering dihubungkan dengan komunitas sejarah dan memasukan unsur-unsur arkeologi dan warisan budaya, seperti penggalian arkeologi yang melibatkan masyarakat: sebagai contoh, penggalian Shoreditch Park Excavation di museum London.

10. Mengenali Publik

Evaluasi pengguna dan bukan pengguna adalah komponen utama dari kerja yang dilakukan institusi sejsrah publik. Hal ini memudahkan untuk memahami publik, dengan memberi penilaiian atas teknik apa yang bisa di terapkan dan mana yang tidak. Evaluasi memungkinkan rancangan sejarah oublik untuk mengakui nilai publik yang nyata dab potensial. Ini membantu menjustifikasi perlunya di terspkan pendekatan baru. Evaluasi ini dilakukan menjelang, selama, dan setelah program sejak publik, memberikan dukungan berlanjut pengembangan dan pendekatan yang digunakan berdasarkan masukan dsri publik.

 

11. Riset Pasar

Riset pasar pemangku kepentingan menjelang pamerab telah menjadi praktik baku dalam organisasi sejarah publik. Pendekatan ini diartikan sebagai "pendekatan berorientasi pengunjung. Ketergantungan pada hibah eksternal untuk menandai aktivitas sejarah publik membutuhkan organisasi - organisasi untuk melakukan konsultasi sebelum acara berlangsung dengan publik. Ini meliputi pemanfsatan kelompok terfokus (focus group) dengan pemangku kepentingan untuk menguji ide - ide baru dan mendapatkan masukan dalam inisiatif sejarah publik. Museum, seperti Victoria dan Albert Museum, menggunakan organisasi eksternal yang profesional untuk mengatur kelompok terfokus (focus group) di luas lingkungan museum dan memberikan masukan publik dan usulan untuk pameran yang akan datang. Survei pengunjung dan non pengunjung ini memungkinkan diadaptasinya program publik dalam rangka menhindari resiko kegagalan.


semoga bermanfaat bagi teman teman maaf sebelumnya bila ada bahasa bahasa yang salah
untuk materi materi sejarah lainnya klik di blog ini yang selanjutnya

Komentar

postingan populer

Penyebab jerman barat dan jerman timur terpecah

HARGA SPERPART ORIGINAL RX KING LENGKAP